Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Tiga Orang Pendeta

“Silahkan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan, Rasulullah S.a.w sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!”


Dikala Sayyidina Umar bin Khattab R.a memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya tiga orang pendeta yahudi.

Tiga orang pendeta itu berkata kepada Khalifah, "Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti (menerima) bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad (S.a.w) benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, kami menolak bahwa Islam agama yang benar".

“Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan,” sahut Khalifah Umar R.a.

“Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?”. Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya.

“Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu?"

"Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin!?"

"Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau induknya!?"

Khalifah Umar lalu berpikir sejenak, kemudian berkata, “Bagi Umar, jika ia menjawab ‘tidak tahu’ atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!”

Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan (karena merasa pertanyaan mereka tak terjawab).

Sayyidina Salman Al-Farisi R.a yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta yahudi itu: “Kalian tunggu sebentar!”. Ia segera pergi ke rumah Sayyidina Ali bin Abi Thalib K.w. Setelah bertemu, Salman berkata: “Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!”. Sayyidina Ali bingung, lalu bertanya: “Mengapa?”. Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar bin Khattab R.a.

Sayyidina Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasulullah S.a.w. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkata: “Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!”

Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib berkata: “Silahkan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan, Rasulullah S.a.w sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!”

Pendeta-pendeta yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata, “Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan (yang ada di dalam Taurat) kalian itu, kalian supaya bersedia memeluk agama kami (Islam) dan beriman!”. “Ya, baik!” jawab mereka, “Sekarang tanyakanlah satu demi satu,” kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib K.w.

Mereka mulai bertanya, “Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?”

“Induk kunci (gembok) itu,” jawab Ali bin Abi Thalib, “ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik laki-laki ataupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadirat Allah!”

Para pendeta yahudi bertanya lagi, “Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?”

Ali bin Abi Thalib menjawab, “Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah!”

Para pendeta yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata, “Orang itu benar juga!”. Mereka bertanya lebih lanjut, “Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!?”

“Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta,” jawab Ali bin Abi Thalib. “Nabi Yunus A.s dibawa keliling ketujuh samudera!”

Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi, “Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!”

Ali bin Abi Thalib menjawab, “Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman A.s putera Nabi Dawud A.s. Semut itu berkata kepada kaumnya, "Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukannya dalam keadaan mereka tidak sadar!"

Para pendeta yahudi itu meneruskan pertanyaannya, “Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!?”

Ali bin Abi Thalib menjawab, “Lima makhluk itu ialah, Pertama: Adam. Kedua: Hawa. Ketiga: Unta Nabi Shaleh A.s. Keempat: Domba Nabi Ibrahim A.s, Kelima: Tongkat Nabi Musa A.s (yang menjelma menjadi seekor ular).”.

Dua di antara tiga orang pendeta yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Sayyidina Ali K.w lalu mengatakan, “Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah!”. (Subhanallah).

Adapun pendeta yahudi yang seorang lagi, bersyahadat setelah mendengarkan hikayat Ashabul Kahfi dengan penjelasan yang lengkap dan terperinci.

Semoga kita dapat memetik hikmahnya sehingga menjadi pelajaran untuk kita semua.

Wallahu A'lam bi Shawab

Kutipan dari Kitab Fadha ‘ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah karya As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad pada kitab (bab) Qishashul Anbiya mulai dari halaman 566.



Baca juga:
Lima Perkara Penghalang Kesalehan
- Empat Amal Terberat Menurut Sayyidina Ali K.w
Kalam Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah
Previous
Next Post »